martedì 28 febbraio 2017

KALAU TERPAKSA BERHUTANG

#KALAU TERPAKSA HARUS BERHUTANG#

Rosulullah shalallahu alaihi wasalam, manusia terbaik di dunia terbaik di akherat senantiasa berlindung kepada Allah dari perkara hutang.

Hal ini menunjukan sekalipun hutang itu diperbolehkan tetapi hal itu menupakan perkara yg buruk, maka jangan diperburuk dg ahlak yg buruk.

Kalau kita harus terpaksa berhutang perhatikanlah adabnya :

➡1. Jangan pernah tidak mencatat utang piutang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ... سورة البقرة 282

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya." (QS Al-Baqarah: 282)

➡2. Jangan pernah berniat tidak melunasi utang.

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏‏أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا . رواه ابن ماجة 2410

"Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI." (HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)

➡3. Punya rasa takut jika tidak bayar utang, karena alasan dosa yang tidak diampuni dan tidak masuk surga.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ "‏ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ ‏"‏ ‏.‏ رواه مسلم 1886

"Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang". (HR Muslim)

➡4. Jangan merasa tenang kalau masih punya utang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِيَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ‏"‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2414

"Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR Ibnu Majah ~ shahih)

➡5. Jangan pernah menunda membayar utang.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ "‏ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ‏"‏‏.‏ رواه البخاري 2287 ، مسلم 1564 ، النسائي 4688 ، ابو داود 3345 ، الترمذي 1308

"Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman." (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

➡6. Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar utang.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏"‏ أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً ‏"‏‏.‏ رواه البخاري 2392 ، مسلم 1600 ، النسائي 4617 ، ابو داود 3346 ، الترمذي 1318

"Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang. (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

➡7. Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ "‏ أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَقَاضِيًا وَمُقْتَضِيًا الْجَنَّةَ ‏"‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2202 ، النسائي 4696

"Allah 'Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang." (HR An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

➡8. Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ‏ "‏ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ‏"‏. رواه الترمذي 1078 ، ابن ماجة 2506

"Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan." (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

➡9. Jangan pernah berbohong kepada pihak yang memberi utang.

قَالَ ‏"‏ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ ‏"‏‏.‏ البخاري 2397 ، 833 ، مسلم 589 ، ابو داود 880 ، النسائي 5472 ، 5454
"Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar." (HR Bukhari dan Muslim)

➡10. Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya.

...وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا... سورة الإسراء 34

"... Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban .." (QS Al-Israa': 34)

➡11. Jangan pernah lupa doakan orang yang telah memberi utang.

وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ ‏"‏ ‏.‏ رواه النسائي 2567 ، ابو داود 5109

"Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu.

Jika engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya." (HR An-Nasa'i dan Abu Dawud)

➡12. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melunasi hutang.

اللهم اكفني بحلا لك عن حرامك واغنني بفضلك عمن سواك.

"Ya Allah cukupkan aku dg yg halal hingga tidak butuh dg yg haram dan kayakan aku dg karuniaMu hingga tidak butuh kepada selainMu"

Semoga bermanfaat ..

Aamiin.

KISAH SYAIKHONA MUHAMMAD KHOLIL BANGKALAN MADURA



KISAH SYAIKHONA MUHAMMAD KHOLIL BANGKALAN MADURA kisah syekh kholil bangkalan
Di desa Langgundih, Keramat, Bangkalan, adalah seorang Kiai berbangsa Sayyid bernama Asror bin Abdullah bin Ali Al-Akbar bin Sulaiman Basyaiban. IbuSayyid Sulaiman adalah Syarifah Khadijah binti Hasanuddin bin Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau dikenal dengan “Kiai Asror Keramat”, dinisbatkan pada kampung beliau. Kemudian oleh sebagian orang dirubah menjadi “Asror Karomah”, mungkin dalam rangka meng-arab-kan kalimat “Keramat”. Beliau menurunkan ulama-ulama besar Madura dan Jawa.Kiai Asror memiliki putra dan putri. Diantara mereka adalah Kiai Khotim, ayah dari Kiai Nur Hasan pendiri Pesantren Sidogiri Pasuruan. Diantara mereka pula adalah dua orang putri yang sampai kini belum diketahui nama aslinya melalui riwayat yang shahih. Salah seorang dari mereka dinikahkan dengan Kiai Hamim bin Abdul Karim Azmatkhan yang bernasab pada Sunan Kudus (garis laki-laki) dan Sunan Cendana (garis perempuan).
Melalui Kiai Abbas, Kiai Asror memiliki cucu bernama Kiai Kaffal. Dan melalui Kiai Hamim, beliau memiliki cucu bernama Kiai Abdul Lathif. Kiai Abdul Lathif memiliki putri bernama Nyai Maryam dan Nyai Sa’diyah. Kemudian Nyai Maryam dinikahkan dengan Kiai Kaffal dan Nyai Sa’diyah dinikahkan dengan seorang Kiai dari Socah, Bangkalan.Kiai Abdul Lathif adalah seorang da’i keliling. Beliau menjalani kehidupan sufi yang tidak menghiraukan hal-hal keduniaan. Apalagi sepeninggal istri beliau,Ummu Maryam (ibu Nyai Maryam), sejak saat itu beliau lebih aktif da’wah ke kampung-kampung, beliaupun jarang pulang ke rumah karena putri-putri beliau telah bersuami dan telah mandiri.
Pada suatu hari, setelah beberapa tahun Kiai Abdul Lathif tidak pulang ke rumah, tiba-tiba beliau datang dengan membawa seorang anak laki-laki kira-kira berumur tujuh tahunan.Kiyai Abdul Lathif berkata pada Nyai Maryam: ” Wahai Maryam, Aku telah menikah lagi dan ini adalah adikmu. Kutinggalkan ia bersama kalian, didiklah dia sebagaimana aku mendidikmu.” Setelah itu Kiyai Abdul Lathif pergi lagi sebagaimana biasa. Tidak ada yang tahu kapan persisnya kejadian itu,sebagaimana tidak ada yang tahu kapan persisnya Kiai Kholil dilahirkan. Sebagian sesepuh keturunan Syeh Kholil ada yang memperkirakan bahwa Syeh Kholil lahir pada tahun 1252 H, atau sekitar tahun 1835 M.Cerita ini mengingatkan kita pada ceritaNabi Ibrahim AS. Bagaimana beliau harus meninggalkan Isma’il, putra beliau yang masih bayi, di sebuah lembah yang gersang (Makkah), sementara beliau harus pergi jauh ke Palestina untuk menjalankan tugas da’wah. Siapa yang tidak sedih menyimak cerita ini, seorang ayah yang bersabar meninggalkan anaknya yang masih kecil, padahal betapa menyenangkannya memeluk, menatap dan bercanda dengan anak seusia Kholil kecil saat itu. Demikian pula dengan Nyai Maryam, sebenarnya beliau sangat sedih ditinggal oleh sang ayah. Di usia ayah yang mulai senja, inginnya hati Nyai Maryam merawat sang ayah, mestinya sang ayah sudah waktunya istirahat. Namun Nyai Maryam sadar, bhwa keluarga mereka adalah keluarga pengabdi pada agama, tidak ada istirahat untuk berda’wah sampai ajalpun tiba, istirahat mereka adalah diperaduan abadi bersama para leluhur mereka.
Menurut sebagian riwayat, sejak saat itu Kiai Abdul Lathif tidak pernah pulang lagi, maka hari itu adalah hari terakhir beliau melihat Nyai Maryam dan putra sulung beliau itu.

PENDIDIKAN

Nyai Maryam bersama sang suami, Kiai Kaffal, mulai merawat dan mendidik Kholil kecil. Mengajarinya membaca Al-qur’an dan ilmu-ilmu dasar agama. Melihat kecerdasan dan bakat Kholil kecil, Kiai Kaffal dan Nyai Maryam berpikir untuk memondokkannya ke sebuah pesantren, agar Kholil kecil dapat menimba ilmu dan terdidik lebih serius. Maka mereka pun memilih pesantren Bunga, Gersik, yang diasuh oleh Kiai Sholehitu.

Tidak beberapa lama kemudian setelah Kholil kecil mondok di Bunga, terjadilah suatu peristiwa yang aneh. Ceritanya, suatu ketika Kiai Sholeh pulang dari kondangan dalam keadaan lapar. Karena sudah waktunya shalat, maka beliaupun meninggalkan bakul “berkat” (makanan oleh-oleh kenduren) diatas sebuah meja dan bermaksud memakannya seusai shalat. Kiai Sholeh kemudian mengimami shalat di musholla pesantren bersama santri-santri beliau. Ketika sedang shalat itu, tiba-tiba ada suara anak-anak tertawa cekikian di belakang Kiai Sholeh. Setelah shalat selesai, Kiai Sholeh bertanya dengan nada marah “Siapa yang tertawa tadi?” Maka berkatalah salah seorang santri: “Ini, Kiai, bocah dari Madura ini yang tertawa.” Setelah selesai dzikir, Kiai Sholeh memanggil bocah Madura yang tidak lain adalah Kholil kecil itu. Kiaipun memerahinya dan memukul kakinya dengan tidak terlalu keras seraya berkata: “Jangan ulangi lagi, ya?! Kalau waktu shalat jangan bergurau!”. Maka Kholil kecilpun berkata: “Tapi, Kiai, saya tidak bergurau, kok. Saya tertawa karena saya melihat Kiai shalat sambil berjoget dan di kepala Kiai ada bakul nasinya.” Mendengar kata-kata Kholil kecil itu, Kiai Sholeh menjadi terkejut dan heran, beliau teringat bahwa ketika sedang shalat tadi beliau memang sedang memikirkan nasi berkat, beliau sempat hawatir karena lupa tidak menitipkan nasi berkat itu, beliau hawatir nasi itu ada yang memakannya, karena beliau sedang sangat lapar dan di rumah beliau tidak ada makanan lagi selain nasi berkat itu. Menyadari hal aneh itu, Kiai Sholeh yakin bahwa Kholil kecil bukanlah anak sembarangan. Keesokan harinya, Kiai Sholeh mengajak beberapa santri pergi ke Bangkalan untuk Menemui Kiai Kaffal. Setibanya di rumah Kiai Kaffal, Kiai Sholeh langsung berbicara mengenai Kholil kecil.

“Kiai Kaffal, sebenarnya Kholil ini anak siapa?” Tanya Kiai Sholeh.

“Dia anak mertua saya, yaitu Kiai Abdul Lathif. Jadi dia adik ipar saya, saudara istri saya dari lain ibu.” Jawab Kiai Kaffal.

“Lalu di mana Kiai Abdul Lathif sekarang?”

“Tidak tahu, Kiai, beliau memang jarang pulang, beliau suka keliling ke kampung-kampung untuk berda’wah. Beliau menyerahkan Kholil kepada kami.”

“Kiai Kaffal, Kholil itu adalah anak yang luar biasa. Saya rasa, saya kurang pas untuk mendidik dia. Cari saja Kiai lain yang lebih mumpuni dari saya.”

Demikianlah inti pembicaran Kiai Sholeh dengan Kiai Kaffal. Maka Kiai Kaffal pun menjemput Kholil kecil dari Bunga. Tidak beberapa lama kemudian Syekh Kholil dimondokkan di Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, yang di asuh oleh Kiai Asyik.

Beberapa tahun kemudian, Kholilpun sudah menginjak remaja dan ia pindah ke Pesantren Kebon Candi Pasuruan yang diasuh oleh Kiai Arif. Kholil muda belajar dan tinggal di Pesantren Kebon Candi, namun sambil belajar pada Kiai Nur HasanSidogiri. Setiap berangkat ke Sidogiri, beliau jalan kaki dari Kebon Candi yang berjarak kurang lebih tujuh kilo meter. Dalam Perjalanan, baik pergi maupun pulangnya, beliau membaca yasin empat puluh kali.

Tiga Pesantren itu adalah tempat-tempat belajar Syekh Kholil yang diriwayatkan dengan akurat dan shahih. Selain itu, ada beberapa riwayat bahwa beliau juga pernah mondok di dua tempat lain, yaitu Pesantren Langitan dan Pesantren Banyuwangi. Namun Menurut Kiai Kholil bin Abdul Lathif bin Muhammad Thoha bin Kaffal, sebagaimana yang dituturkan Kiai Thoha Kholili, dua Pesantren itu tidak dikenal oleh beliau sebagai tempat belajar Syekh Kholil. Waalahu a’lam.

Sejak kecil, sering terjadi hal-hal yang aneh pada Syekh Kholil. Sebenarnya Nyai Maryam sudah sering melihat hal-hal aneh Syekh Kholil sejak beliau baru diserahkan oleh Kiai Abdul Latif, namun Nyai Maryam tidak segera menceritakan hal-hal aneh itu pada Kiai Kaffal. Setelah sering terjadi dan Nyai Maryam hawatir terjadi apa-apa pada Kholil kecil, akhirnya Nyai Maryam bercerita juga pada Kiai Kaffal, namun Kiai Kaffal justru menganggap hal itu sebagai pertanda baik bagi Kholil kecil. Sampai usia remaja, hal-hal aneh sering terjadi pada Syekh Kholil, baik di rumah maupun di pesantern.

Selama di Pesantren, Syekh Kholil terkenal sebagai santri yang rajin dan sabar. Beliau menjalani hidup yang memprihatinkan, karena memang beliau nyantri dengan hidup mandiri, tanpa ada yang membiayai. Karena beliau banyak memanfaatkan waktu untuk belajar, beliaupun tidak sempat bekerja cukup untuk mendapat makanan yang layak, dan akibatnya beliau harus makan makanan yang sangat tidak layak, seperti makanan sisa, makanan basi yang telah dijemur, kulit semangka dan sebagainya. Sebenarnya, hidup seperti itu tidak memprihatinkan buat Syekh Kholil, karena beliau memiliki kebanggaan dan kenikmatan lain melebihi makanan lezat dan hidup mewah, yaitu kenikmatan dan kebanggaan menuntut ilmu. Maka dari itu, walaupun beliau menjalani hidup yang memprihatinkan menurut orang lain, namun tidaklah memprihatinkan menurut beliau sendiri, wajah beliau tidak kalah bersahaja dari pada teman-teman beliau yang hidupnya cukup atau berkecukupan.

Setelah cukup dewasa, Syekh Kholil bermaksud melanjutkan belajar ke Makkah Al-Mukarramah.

Dalam buku “Surat kepada Anjing Hitam”, Saifur Rachman menulis bahwa sebelum belajar di Makkah, Syekh Kholil belajar di Pesantren Banyuwangi. Saifur Rachman Berkata: “Inilah Pesantren Kiai Kholil yang ditempuh di Jawa. Selama di Pesantren ini Kholil santri mempunyai kisah tersendiri. Pengasuh Pesantren ini mempunyai kebun kalapa yang sangat luas. Kholil santri menjadi buruh memetik kelapa dengan upah 80 pohon mendapat tiga sen. Semua hasil memetik kelapa disimpan didalam peti, lalu di persembahkan pada Kiai. Tentang biaya makan sehari-hari, Kholil santri menjalani kehidupan prihatin. Terkadang menjadi pembantu (khaddam) Kiai, mengisi bak mandi, mencuci pakaian dan piring serta pekerjaan lainnya. Bahkan Kholil santri sering menjadi juru masak kebutuhan teman-temannya. Dari kehidupan prihatin itu Kholil santri mendapat makan cuma-cuma. Sesudah cukup di Pesantren itu, gurunya menganjurkan Kholil untuk melanjutkan belajarnya ke Makkah. Uang dalam peti yang dahulu dihaturkan kepada Kiai, kemudian oleh Kiai diserahkan kembali pada Kholil sebagai bekal belajar di Makkah.

Riwayat ini sebenarnya tidak dikenal oleh sesepuh keturunan Syekh Kholil sendiri. Namun hal itu masih dalam kategori “mungkin”. Kalau riwayat ini benar, maka riwayat ini bisa disambung dengan riwayat keluarga Syekh Kholil, bahwa pada suatu hari Syekh Kholil pulang menemui Nyai Maryam, tiba-tiba Syekh Kholil Berkata: ” Kak, saya mau pamit berangkat ke Makkah.”

“Mau berangkat kapan, ‘Lil?” Tanya Nyai Maryam.

“Sore ini, kak.” Jawab Syekh Kholil singkat.

Sebenarnya ini suatu hal yang aneh, karena setahu Nyai Maryam, Syekh Kholil tidak punya uang banyak untuk bisa ke Makkah, apalagi dengan mendadak seperti itu. Namun Nyai Maryam sudah biasa mendapati hal yang aneh-aneh dari sang adik, maka Nyai Maryampun percaya saja dan tidak menganggap hal itu sebagai hal yang aneh. Maka Nyai Maryampun berkata: “Kalau begitu tunggu aku masak nasi dulu, ya, ‘Lil. Kamu makan dulu sebelum berangkat.” Syekh Kholilpun menunggu sang kakak memasak. Setelah makanan siap, Syekh Kholilpun makan dan kemudian pamit berangkat ke Makkah. Menurut penuturan Nyai Maryam, Syekh Kholil berjalan ke arah Barat dan Nyai Maryam menatap kepergian beliau sampai beliau tak terlihat. Nyai Maryam tidak tahu persisnya Syekh Kholil berangkat naik apa dan dari mana. Barangkali saja Syekh Kholil naik kapal dari Kamal atau dengan cara lain. Wallahu a’alam I MAKKAH AL-MUKARRAMAH

Dalam buku “Surat Kepada Anjing Hitam”, Saifur Rachman menulis: “Selama dalam perjalanan ke Makkah, Kholil selalu dalam keadaan berpuasa dan mendekatkan diri kepada Allah. Siang hari banyak digunakan membaca Al-Qur’an dan shalawat, sedangkan pada malam hari digunakan melakukan wirid dan taqarub kepada Allah. Hal itu dilakukannya terus menerus sampai di Makkah. Setibanya di mekkah Kholil segera bergabung dengan teman-temannya dari Jawa. Selama di Makkah Kholil mempelajari pelbagai ilmu pengetahuan. Banyak para Syaikh yang Kholil datangi.Selama menempuh pendidikan di Makkah, kebiasaan hidup sederhana dan prihatin tetap dijalankan seperti waktu dipesantren Jawa. Kholil sering makan kulit semangka ketimbang makanan yang wajar pada umumnya. Sedangkan minumannya dari air zamzam, begitu dilakukannya terus menerus selama empat tahun di mekkah. Hal ini mengherankan teman-teman seangkatannya, seperti Nawawi dari banten, Akhmad Khatib dari Minang Kabau dan Ahmad Yasin dari Padang. Bahkan ketika bermaksud buang air besar, Kholil tidak pernah melakukan di Tanah Haram, tetapi keluar ke tanah halal karena menghormati Tanah Haram.

Didalam berguru, Kholil mencatat pelajara nya menggunakan baju yang dipakainya sebagai kertas tulis. Kemudian, setelah dipahami dan dihafal lalu dicuci, kemudian dipakai lagi. Begitu seterusnya dilakukan selama belajar di Mekkah. Oleh sebab itu pakaian Kholil semuanya berwarna putih. Tentang biaya selama nyantri di Mekkah Kholil menulis pelbagai risalah dan kitab kemudian dijual. Kholil banyak menulis kitab Alfiah dan menjualnya seharga 200 real perkitab.

Terkadang memanfaatkan keahliannya menulis khat (kaligrafi) untuk menghasilkan uang. Semua uang hasil penulisan risalah dan kitab kemudian dihaturkan kepada gurunya. Kholil sendiri memilih kehidupan sangat sederhana. Kehidupan sederhana yang ditempuhnya selama nyantri di mekkah adalah pengaruh kuat ajaran Imam Ghazali, salah seorang ulama yang dikaguminya.

Dalam mengarungi lautan ilmu di Makkah, disamping mempelajari ilmu dhohir (eksoterik), seperti tafsir, Hadits, Fikih dan ilmu nahwu, juga mempelajari ilmu bathin (isoterik) ke pelbagai guru spiritual. Tercatat guru spiritual Kholil adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ibnu Abdul Ghofar yang bertempat tinggal di Jabal Qubais. Syaikh Ahmad Khatib mengajarkanThariqoh Qodariyyah wan Naqsyabandiyyah. Biasanya kedua thariqoh ini terpisah dan berdiri sendiri. Namun setelah Syaikh Ahmad Khatib, kedua thariqoh ini dipadukan.

CARA BELAJAR SYEKH KHOLIL

Kesimpulannya, didalam menuntut ilmu, Syekh Kholil telah maksimal mengusahakan hal-hal berikut:

1. Ikhlas karena Allah SWT. Beliau tidak peduli dengan pahitnya kehidupan saat itu, karena yang beliau pentingkan adalah ilmu, dengan harapan Allah ridha dengan ilmu yang beliau dapat. Beliau dapat membuktikan keikhlasan itu ketika Allah SWT menguji beliau dengan hidup yang serba kekurangan.

2. Akhlaq yang tinggi kepada Allah SWT. Kita bisa lihat akhlaq beliau ketika beliau harus keluar dari tanah haram (Makkah) untuk buang air besar. Beliau merasa tidak sopan buang hajat di tanah suci. Ini menunjukkan betapa Syekh Kholil sangat tawadhu’ dan peka terhadap Allah.

3. Cinta, hormat dan patuh kepada guru, tentunya setelah memilih guru yang layak. Apapun beliau berikan kepada guru, untuk membantu dan membuat guru ridha. Dihadapan guru, beliau siap sedia untuk diperintah melebihi budak dihadapan tuannya. Jangankan harta, nyawapun siap dipertaruhkan untuk guru.

4. Mencintai ilmu sehingga beliau rajin belajar.

Dengan menggabung empat hal ini, Syekh Kholil berhasil mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, dan semua itu kemudian mengantarkan beliau mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah, yaitu sebagai ulama da wali Allah. Bagi yang ingin mendapatkan apa yang diperoleh Syekh Kholil, maka empat hal itulah kuncinya.

GURU-GURU SYEKH KHOLIL

DI MAKKAH AL-MUKARRAMAH

Dalam buku “Surat Kepada Anjing Hitam”, Saifur Rachman menulis: “Muhammad Kholil bersama Abdul Karim dan Tolhah berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Setelah ketiganya mendapat ijazah dan berhak sebagai mursyid, lalu pulang ke Jawa menyebarkan thariqoh Qodariyyah dan Naqsyabandiyyah.

Menurut Abah Anom, seorang mursyid Thariqoh Qodariyyah wan Naqsabandiyyah di Tasikmalaya, Syaikh Abdul Karimmenyebarkan Thariqot di Banten, Syaikh Tolhah di Cirebon dan syaikh Kholil di Madura. Tentang keabsahan Thariqoh Kiai Kholil banyak kekhilafan diantara ulama. Namun menurut catatan penulis yang mendengar langsung lewat kaset penjelasan murid Kiai Kholil, Kiai As’ad Syamsul Arifin, bahwa thariqoh Kiai Kholil adalahQodariyyah wan Naqsabandiyyah.

KITA CUKUP BERUSAHA DAN BERDOA BIAR ALLAH YANG MENGATUR REZEKI KITA



Saya punya sate langganan , Ini sate paling enak di surabaya menurut saya. Susah cari lawannya!
Yang aneh, sate ini bukanya suka-suka. Jadi kita harus telpon dulu kalau mau ke sana. Beberapa kali saya nekad datang ke sana tanpa telepon dulu eeehhh tutup.
Saya tanya: "Kenapa cara jualannya seperti itu?
Pak haji Ramli penjual satenya menjawab: "Rejeki sudah ada yang ngatur, kenapa harus ngoyo?"
"Bukan ngoyo Pak", jawab saya. "Bapak bisa kehilangan pelanggan kalo jualannya begitu!" "Ah, kayak situ yg ngatur rejeki aja", katanya."
Saya kasih dia saran, "Sebaiknya Bapak buka tiap hari! Kalau bisa malam juga buka karena banyak orang suka makan sate malam juga Pak!", kata saya meyakinkan dia.
Pak Haji Ramli menghela napasnya agak dalam. "Hai anak muda, rezeki itu ada di langit bukan di bumi! Anda muslim kan?" tanya Pak haji sambil natap wajah saya. "Suka ngaji gak? Coba baca Quran: "Cari nafkah itu siang, malam itu untuk istirahat!", kata Pak haji lagi meyakinkan.
"Saya cuma mau jualan siang, kalau malam biarlah itu rejekinya tukang sate yang jualannya malam. Dari jualan sate siang saja saya sudah merasa cukup dan bersyukur, kenapa harus buka sampe malam?", Pak Haji nyerocos sambil membakar sate.
"Coba liat orang-orang yang kelihatanya kaya itu. Pake mobil mewah, rumahnya mewah. Tanya mereka, emang hidupnya enak?" "Pasti lebih enak saya karena saya gak dikejar target, gak dikejar hutang! Saya 2 minggu sekali pulang ke madura, mancing, naik sepeda lewat sawah-sawah, lewat kampung-kampung, bergaul dengan manusia-manusia yang menyapa dengan tulus. Bukan nyapa kalau ada maunya!
Biarpun naik sepeda tapi jauh lebih enak daripada naik Jaguar! Anginnya asli gak pake AC. Denger kodok, jangkrik lebih nyaman di kuping daripada dengerin musik dari alat musik bikinan! Coba Anda pikir, buat apa kita ngoyo bekerja siang-malam?
Jangan-jangan kita muda kerja keras ngumpulin uang, sudah tua uangnya dipake ngobatin penyakit kita sendiri karena terlalu kerja keras waktu muda! Itu banyak terjadi kan?
Dan... jangan lupa, Tuhan sudah menakar rejeki kita! Jadi buat apa kita nguber rejeki sampe malam? Rejeki gak bakal ketuker!! Yang kerja siang ada bagiannya, begitu juga yang kerja malam!"
"Kalau kata peribahasa, waktu itu adalah uang. Tapi jangan diterjemahkan tiap waktu untuk cari uang! Waktu itu adalah uang, artinya kita harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya karena waktu tidak bisa diulang, uang bisa dicari lagi! Waktu lebih berharga dari uang. Makanya saya lebih memilih waktu daripada uang!"
"Waktu saya ngobrol dengan Anda ini jauh lebih berharga daripada saya bikin sate. Kalau saya cuma bikin sate, di mata Anda, saya hanya akan dikenang sebagai tukang sate. Tapi dengan ngobrol begini semoga saya bisa dikenang bukan cuma tukang sate, mungkin saya bisa dikenang sebagai orang yang punya arti dalam hidup Anda sebagai pelanggan saya. Kita bisa bersahabat!
Waktu saya jadi berguna juga buat saya. Begitu juga buat Anda. Kalau Anda merasa ngobrol dengan saya ini sia-sia, jangan lupa ya: "Rejeki bukan ada di kantor, tapi di langit!" Begitu kata Pak Haji Ramli menutup pembicaraan.

domenica 26 febbraio 2017

Empat proses tahapan dalam mencintai tahajud

*EMPAT PROSES* *TAHAPAN DALAM MENCINTAI TAHAJUD*
I. DI PAKSA
Paksakan diri untuk Tahajjud,suka atau tidak,ringan ataupun berat..paksakan diri tuk bangun tengah malam menjelang subuh...
II. KEBIASAAN
Beberapa bentuk paksaan akan berubah menjadi 'kebiasaan'.
Kita akan merasaa aneh jika tidak TAHAJUD, kita akan terbiasa bangun saat jam tahajud, walaupun tanpa alarm.
Lanjutkan..!!
III. KEBUTUHAN
Kebiasaan yg trs di lakukan akan berubah menjadi 'kebutuhan'.
Di tahap ini sudah mulai tumbuh benih-benih cinta TAHAJUD, Akan merasa rugi jika tidak tahajud...
IV. KENIKMATAN
Pada tahap ini TAHAJUD sudah menjadi candu. sholat tahajjud berlama lama adalah 'kenikmatan'.
Sedangkan ketika terlewat tidak tahajud akan membuat diri resah.
Yang perlu kita lakukan adalah 'istiqomah' dan mengajak sebangak banyak nya orang untuk TAHAJJUD agar mereka pun dapat merasakan nikmatnya BERTAHAJUD..
Ada ditahap manakah kita??

RAJA YANG MENJAGA KESUCIANNYA

RAJA YANG MENJAGA KESUCIANNYA

ANDA TENTU TAHU BAHWA RAJA SALMAN MEMBAWA SEGALA FASILITASNYA UNTUK BERZIARAH KE INDONESIA.

MENGAPA ITU ..... ?

Tentu para pembaca pernah dengar hadits yang melarang mengambil manfaat tertentu atau fasilitas tertentu, dari seseorang yang kita berikan hutang, walaupun sekedar menumpang pada kendaraannya.

Kaidah Islamnya, Sebagai Berikut:

" Setiap Hutang yang menghasilkan manfaat dan Keuntungan adalah RIBA ”

Raja Salman statusnya adalah pemberi hutang dan Pemerintah Indonesia statusnya tukang mengutang, sehingga rombongan kerajaan *tidak diperbolehkan oleh Islam* untuk menggunakan berbagai fasilitas dari Pemerintah RI.

Islam menganggap bahwa memberikan utang termasuk transaksi sosial. Amal soleh yang berpahala.

Karena itu, Orang yang memberi utang dilarang mengambil keuntungan karena utang yang diberikan, apapun bentuknya, selama utang belum dilunasi.

Sahabat Fudhalah bin Ubaid radhiallahu ‘anhu mengatakan,

كل قرض جر منفعة فهو ربا

“Setiap piutang yang menghasilkan keuntungan maka (keuntungan) itu adalah riba.”

*Keuntungan yang dimaksud dalam riwayat di atas mencakup semua bentuk keuntungan, bahkan sampai bentuk keuntungan pelayanan.*

Dari Abdullah bin Sallam radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

إِذَا كَانَ لَكَ عَلَى رَجُلٍ حَقٌّ، فَأَهْدَى إِلَيْكَ حِمْلَ تِبْنٍ، أَوْ حِمْلَ شَعِيرٍ، أَوْ حِمْلَ قَتٍّ، فَلاَ تَأْخُذْهُ فَإِنَّهُ رِبًا

_“Apabila kamu mengutangi orang lain, kemudian orang yang diutangi memberikan fasilitas kepadamu --walaupun sekedar-- membawakan jerami, gandum, atau pakan ternak maka janganlah menerimanya, karena itu riba.”_ (HR. Bukhari 3814).

Kemudian, diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu,

إذا أقرض أحدكم قرضا فأهدى له أو حمله على الدابة فلا يركبها ولا يقبله

_“Apabila kalian mengutangkan sesuatu kepada orang lain, kemudian (orang yang berutang) memberi hadiah kepada yang mengutangi atau memberi layanan berupa naik kendaraannya (dengan gratis), janganlah menaikinya dan jangan menerimanya.”_ (HR. Ibnu Majah 2432).

Wallahu A'lam

Kami juga masuk wilayah NKRI

Hidup seperti di bui dalam negara sendiri. 
Tolong kami pak Jokowi. Kami di batas negeri sudah DARURAT INFRASTRUKTUR JALAN. inilah nasib kami.  Kalau susah di temukan keberadaan kami ada di KALIMANTAN BARAT KABUPATEN SINTANG. 
MAU NANYA NI pak Presiden Adakah Kami masuk Bagian Dari PETA INDONESIA.....? 
KALAU ADA MASUK MINTA CUKET SEDIKITLAH KAMI NI....




Ke indahan Kota batu malang

Bagitu banyaknya tempat rekreasi di batu malang sampai saya bingung mau nulis yang mana,tapi ada satu tempat yang sangat berkesan dan indah,apalagi kalau pagi udara sejuk dan segar,villa batu panorama letaknya di belakang pemkot batu,di situ kalian bisa menikmati udara segar dan pemandangan indah,view nya sangat sangat indah dan tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata
 Apa lagi disini juga sudah di siapkan minigolf,seperti yang kalian lihat di belakang,itu adalah proses pembangunan yang sudah mencapai 95% mungkin nextime saya bisa menikmatinya dan bisa berbagi pengalaman  kepada kalian
 Di sini juga sudah tersdia villa untuk bermalam dan bersantai bersama keluarga dan orang tersayang,
 Kalian juga bisa menikmati indahnya gunung arjuno dan indah bangunan pemkot batu dari belakang
 Semoga kalian bisa main main ke kota batu malang

venerdì 24 febbraio 2017

Foto di batu malang villa batu panorama







Batu

AHOK BERULAH LAGI,PECAT PEGAWAI

AHOK berulah lagi,  PECAT LAGI PEGAWAINYA*

Gubernur DKI Jkt Ahok mendadak Sidak ke salah satu kantor di SKPD DKI di Jakarta Timur untuk melihat kinerja pegawai. Ia melihat seorang pria muda sehat dan segar tengah bersandar santai, sementara di ruangan itu semua pegawai sibuk bekerja, lalu Ahok segera menghampiri pria itu dan bertanya, _"Berapa gaji lo dapat sebulan?",_
Dengan sedikit gugup pria itu menatap Ahok dan menjawab:
_"2 juta Pak,"_
Lalu Ahok mengeluarkan dompetnya & mengambil lembaran2-lembaran pecahan 100 ribuan, lalu menyerahkan kpd pria muda itu sambil berkata:
_"Ini gaji lo 3 bulan ke depan, dan ini 6 juta pesangon Lo, cepat Lo pergi dari sini dan awas Lo jangan balik lagi, Elu Gue pecat"._
Dengan gugup dan setengah takut pria itu segera meninggalkan tempat itu tanpa banyak bicara.. Lalu dengan muka kecut, seram dan dibikin berwibawa, Ahok melangkah mendekati pegawai yg sejak tadi menyaksikan adegan tersebut & berkata:
_"Itulah nasib Pekerja yang sukanya santai-santai di Pemda DKI ini, gak ada toleransi,_
_"Gua brentiin mulai sekarang ini juga, tidak ada tawar-menawar, emang Pemda ini milik Nenek Moyang Lu? Semua harus kerja kerja & kerja, Gua gak mau dengar alasan Elu semua.!!!_
_Oh ya, Elu semua ada yg tau gak, pemuda yang brengsek tadi itu kerja di bagian mana.?, tolong cepat jelaskan.!",_ tanyanya.
Suasana jadi hening, sampai akhirnya seorang Staf menjawab dengan sangat ketakutan:
*_"Dia gak kerja di sini Pak, dia Mukidi, Tukang Bubur yang lagi nunggu mangkoknya Pak.!"_*
🏃🏽🏃🏽🏃🏽

SALUT! INI BUKTI PECALANG MADURA BUKTI PERAKTEK TOLERANSI DI TABANAN BALI

SALUT! INI "PECALANG" MADURA, BUKTI PRAKTEK TOLERANSI DI TABANAN

@madura @seputarOrangmadura

Satuan Keamanan Rakyat (SAKERA) mirip dengan pecalang yang ada di Bali.

Ini cerita setiap ada kegiatan upacara umat Hindu di Bali, sejumlah warga keturunan Madura juga turut membantu mengatur lalu lintas.

Cerita pertama tentang Semeton Madura yang tergabung dalam Pecalang Sakera yang turut membantu mengatur lalulintas dalam upacara umat Hindu di Pura Puseh Desa Bajera, Selemadeg Tabanan.

Ada pula cerita Ketika Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1938, Rabu (09/03) lalupun, dengan memakasi pakaian khas, yakni baju Sakera bermotif putih merah liris-liris, semeton Madura ikut berpatroli keliling wilayah Seririt bersama petugas pecalang.

Lagi sebuah contoh, toleransi bukan hanya teori tapi praktek nyata. Karena perbedaan ini sejatinya berdampingan dan saling melengkapi.

SALUT!

Foto via Rudi Waisnawa (FB)



#bhinekatunggalika #seputarbali #infodenpasar #bali #madura #madurajatim #maduraisland

hidup jangan mengejar kemudahan, tetapi kejarlah kemampuan mengatasi kesulitan

hidup jangan mengejar kemudahan, tetapi kejarlah kemampuan mengatasi kesulitan

giovedì 23 febbraio 2017

kiriman

semua tidak berjalan sendiri, semua saling membutuhkan  yang dibawah dan yang di atas jangan pernah sombong dengan keadaanmu yang sekarng ka...